Translate

Minggu, 04 Mei 2014

Sahabat Nabi Muhammad SAW (Salman al Farisi)

Salman al Farisi adalah salah seorang sahabat Nabi saw yang berasal dari Persia. Salman sengaja meninggalkan kampung halamannya untuk mencari cahaya kebenaran. Kegigihannya berbuah hidayah Allah dan pertemuan dengan Nabi Muhammad saw di kota Madinah. Beliau terkenal dengan kecerdikannya dalam mengusulkan penggalian parit di sekeliling kota Madinah ketika kaum kafir Quraisy Mekah bersama pasukan sekutunya datang menyerbu dalam perang Khandaq.
Berikut ini adalah sebuah kisah yang sangat menyentuh hati dari seorang Salman Al Farisi: tentang pemahamannya atas hakikat cinta kepada perempuan dan kebesaran hati dalam persahabatan.
Salman Al Farisi sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mu’minah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai pacar. Tetapi sebagai sebuah pilihan untuk menambatkan cinta dan membangun rumah tangga dalam ikatan suci.
Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah, pelamaran.
Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang telah dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’.
”Subhanallaah. . wal hamdulillaah. .”, girang Abu Darda’ mendengarnya. Keduanya tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.
”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abu Darda’ berbicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.”
Abu Darda dan Salman menunggu dengan berdebar-debar. Hingga sang ibu muncul kembali setelah berbincang-bincang dengan puterinya.
”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”
Keterusterangan yang di luar kiraan kedua sahabat tersebut. Mengejutkan bahwa sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya. Bayangkan sebuah perasaan campur aduk dimana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah  dan bertemu dengan gelombang kesadaran. Ya, bagaimanapun Salman memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya.
Namun mari kita simak apa reaksi Salman, sahabat yang mulia ini:
”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!
Betapa indahnya kebesaran hati Salman Al Farisi. Ia begitu faham bahwa cinta, betapapun besarnya, kepada seorang wanita tidaklah serta merta memberinya hak untuk memiliki. Sebelum lamaran diterima, sebelum ijab qabul diikrarkan, tidaklah cinta menghalalkan hubungan dua insan. Ia juga sangat faham akan arti persahabatan sejati. Apalagi Abu Darda’ telah dipersaudarakan oleh Rasulullaah saw dengannya. Bukanlah seorang saudara jika ia tidak turut bergembira atas kebahagiaan saudaranya. Bukanlah saudara jika ia merasa dengki atas kebahagiaan dan nikmat atas saudaranya.
“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” [HR Bukhari]
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah Salman ini.


sumber : http://blog.al-habib.info

Puisi Galau

HILANGNYA DIRIMU

6 Mei 2013 pukul 11:30
kebahagiaan berlalu penuh kenangan
guratan senyumpun slalu terbayang
suka duka tak satupun kita lupakan
berlalu..... jalan kita semakin melaju
melangkah
taburkan bunga kasih sayang
         entah mengapa kau lari dari pelukan
         seketika kau hancurkan jiwa ini
         dengan matamu yang tak lagi membiru
         kau hancurkan hati ini
        dengan tatapanmu yang tak lagi terbayang oleh diriku
" bunga telah layu "
tak lagi pancarkan warnanya
tak lagi keluarkan aromanya
di depan mata yang lalu
       kini, hatiku tergores kesedihan
       ketika terucap salam perpisahan
       walau air mataku tak berlinang
       bukan berarti suatu kerelaan
saat saat langkah terayun
jarak kitapun semakin membentang
akankah kau akan mengenang
ataupun akan hilang terbawa derasnya gelombang

biarkan ku jalani ini semua
tanpa adanya dirimu
dan tanpa adanya putih senyummu
hanya teringan kenangan
tuk disimpan dalam hati
dan dilukis di langit nan tinggi
      Tuhan
      kuatkan pilar hati
      teguhkan aku berlari
      tanpa dia dan mereka yang kucintai
hingga akhirnya...
hati yang sepi akan mati
dan tak terbuka lagi.

alat ukur



  1.   PENGENALAN ALAT UKUR

 
 
Sebelum melaksanakan pengukuran, terlebih dahulu kita kenal dan mempelajari peralatan alat ukur tersebut. Kita dapat memilih dan menggunakan alat ukur dengan metode yang benar, sehingga pada pelaksanaan pengukuran tidak terjadi suatu kesalahan dan akan diperoleh suatu hasil ukur dengan akurasi dan optimasi yang tinggi.

Untuk mengenal dan mendapatkan hasil ukur sesuai yang dibutuhkan, berikut dijelaskan tentang alat ukur tersebut.

Menurut Macam Arus
ü  Arus searah
ü  Arus bolak balik
ü  Arus searah dan arus bolak balik
Menurut Tipe / Jenis Alat Ukur :
*      Tipe jarum penunjuk
Harga yang kita baca adalah yang ditunjuk oleh jarum penunjuk, harga tersebut adalah sesaat pada waktu meter tersebut dialiri arus listrik.

*      Tipe recorder
Harga yang kita baca adalah harga yang ditulis / dicatat pada kertas, pencatatan ini dilakukan secara otomatis dan terus menerus selama meter tersebut dialiri arus listrik.

*      Tipe digital
Harga yang dibaca adalah harga sesaat.

  1. MENURUT SIFAT PENGUNAANNYA

*      Fortable
Alat ini mudah dipergunakan dan dapat dibawah kemana-mana dalam pengukuran

*      Papan hubung / panel
Alat ini di pasang pada panel secara permanen atau tempat-tempat tertentu, sehingga      tidak dapat dibawah pergi untuk mengukur di tempat lain
    
  1. MENURUT MACAM ALAT UKUR
     
  1. KLASIFIKASI ALAT UKUR

Menurut kecermatannya alat ukur dibedakan  menjadi tiga golongan :
a.       Alat ukur dengan tingkat ketelitian tinggi (presisi)
b.      Alat ukur dengan tingkat ketelitian  menengah
c.       Alat ukur dengan tingkat ketelitian rendah

 














Tabel 2. Klasifikasi Alat Ukur